Friday, November 17, 2017

Sekolah Tinggi-Tinggi, Mencari Ilmu atau Nilai?


Banyak orang bilang, belajar di sekolah itu untuk mencari ilmu. Sekarang mari kita tilik kenyataan yang ada. Pada saat masih kecil (TK/Playgroup) sekolah merupakan sesuatu yang menyenangkan, sekolah tempat main dan belajar. Belajar pun terkadang terasa seperti bermain.

Beranjak ke Sekolah Basic (SD), orangtua mulai tampak menuntut. Beliau-beliau katakan sekolah itu tempat menuntut serta mencari pengetahuan. Terkecuali di sekolah tak ada tempat beda yang sediakan sarana evaluasi sekondusif di sekolah. Ok, itu benar, mari kita saksikan ada apa didalam satu sekolah basic.

Disana anak-anak belajar pelajari apa yang diajari oleh ayah/ibu gurunya. Tiap-tiap ada pertanyaan, senantiasa dapat menjawab. Tiap-tiap ada pekerjaan ditangani. Lalu anak-anak juga akan peroleh suatu hal yang dimaksud dengan nilai. Sekolah basic adalah basic dari semua pelajaran. Sesudah mencermati serta rasakan jadi anak SD ada satu fikiran yang mengganjal.

Bagaimana baiknya mengenalkan pengetahuan pada anak-anak supaya ingin belajar serta kuasai pengetahuan itu? jika dengan patokan nilai, keluar sekali lagi satu pertanyaan. Bagaimana seseorang guru dapat mengerti murid yang diampunya? Apakah cuma dengan nilai-nilai-nya saja? Bisakah seseorang guru meng-handle demikian puluh murid dalam satu saat?

Beranjak ke SMP. Di SMP, pergaulan serta tehnologi telah makin maju serta di kenal. Ada siswa yang waktu pelajaran tidak sempat memerhatikan, jika di tanya gak dapat jawab, mendadak waktu ulangan dia bisa nilai bagus, bukanlah karna ia dapat, tapi karna bisa " bisikan setan " (baca : contekan serta semacamnya) waktu pembagian rapor, anak itu naik kelas dengan hasil yang begitu bagus, namun tidak dengan kawannya yang telah berupaya mati-matian untuk tahu semua jenis pengetahuan serta yang hasil yang ia peroleh tidak sepadan dengan apa usahanya.

Naik tingkat sekali lagi ke SMA/SMK Keluar satu pemikiran, sesungguhnya untuk apa masuk SMA jika ilmunya gak kepake? apakah masih tetap bergantung gengsi? mending masuk SMK bila lihat hasil dalam periode pendek. SMK sesungguhnya jadi lebih menjanjikan satu profesi daripada SMA. Di SMA, sistem evaluasi tidak jauh berlainan dari SMP cuma saja materinya tambah lebih mendalam serta lebih sulit.

Kenyataan yang berlangsung waktu SMA. Waktu evaluasi, siswa terasa masa bodoh serta berfikiran " Yang Perlu Bisa Nilai Bagus ". Akhir dari pertanyaan ini adalah, apakah sekolah masih tetap dapat objektif dalam menilainya siswa? jika iya, kenapa Nilai kognitif masih tetap memperoleh tempat superior dalam penilaian akhir? walau sebenarnya yang dipakai dalam kehidupan riil BUKANLAH TEORI namun PRAKTEK.

Apa peranan sekolah yang sesungguhnya. Mungkin saja seseorang politisi menyebutkan jadi tempat mencerdaskan kehidupan bangsa, atau seseorang guru yang memiliki pendapat sekolah jadi tempat mengemukakan pengetahuan yang mereka punyai. Tetapi umumnya orang tentu menjawab sekolah jadi tempat menuntut pengetahuan. Tapi dewasa saat ini, kita seringkali mendengar arti mencari nilai.

Sesungguhnya banyak anak umur sekolah yang menurut dia pergi sekolah untuk mencari pengetahuan tapi sebenarnya mereka hanya mencari nilai. Sebagian anak berasumsi tambah baik mencari nilai tanpa ada memedulikan pemahaman materi.

Sebagian guru memanglah kadang-kadang berkata, “Kalau ulangan janganlah menyontek! Sekolah itu mencari pengetahuan bukanlah mencari nilai. ” Meskipun pada akhirnya kalimat itu cuma jadi pajangan belaka supaya ia layak dimaksud guru. Karna tidak etis juga bila guru menyebutkan sekolah itu tidak mencari pengetahuan, sekolah itu mencari nilai, supaya lulus atau naik kelas. Waktu sekolah, kita cuma berfikir bagaimana memperoleh nilai bagus waktu ulangan.

Berfikir sesuai sama itu memanglah tidak salah, yang salah adalah kadang-kadang kita tidak berfikir bagaimana langkahnya. Tidak perduli betul-betul memahami materi atau tidak, yang perlu memperoleh nilai bagus, hal tersebut sama juga dengan menghalalkan NYONTEK.

Beberapa hal yang perlu dipikirkan daripada nilai. Pengaplikasian dari pengetahuan yang didapat tersebut yang lebih perlu. Bila kita dapat mengerti semuanya materi pelajaran serta dapat mengaplikasikannya ke dunia riil, bermakna kita dapat untuk berkompetisi didunia kerja. Jadi, janganlah cuma duduk untuk menghafal semuanya teori-teori, seorang harus juga tanggap pada problematika yang berada di sekitar lingkungan.

Pengetahuan di orang-orang adalah pengetahuan yang sebenarnya. Kita dapat bertemu segera dengan beberapa masalah yang berlangsung serta bisa buat kita makin masak dalam merampungkannya. Kadang-kadang teori tidak cocok dengan praktik, teori hanya penjelasan dengan global.

Jadi seseorang siswa begitu umum bila kita seringkali menyebutkan “Aduh nilaiku buruk! ” dari pada “Aduh, saya tidak memahami materi ini! ” waktu memperoleh hasil ulangan yang kurang memuaskan. Ini hanya contoh kecil dari prioritas pencarian nilai dari pada pengetahuan. Pemberlakuan nilai tidaklah salah siapa juga, maksud nilai yang paling utama hanya jadi motivasi untuk belajar lebih giat. Bila saat ini anak umur sekolah lebih mementingkan nilai tanpa ada perduli pemahaman materi itu datang dari diri semasing individu.

Pepatah juga menyebutkan “Tuntutlah pengetahuan hingga ke Negeri Cina” tak ada arti “Carilah nilai hingga ke Ruangan Guru. ” Ditambah sekali lagi pengetahuan yang kita punyai juga akan kita pakai selama-lamanya, tengah nilai yang kita peroleh di raport juga akan kita taruh rapi satu hari kelak.

Sesungguhnya apa motivasi kita untuk pergi ke sekolah butuh kita fikirkan. Terkadang kita cuma menginginkan berjumpa rekan, pacar atau karna melarikan diri dari orangtua. Atau mungkin saja karna anak seusia kita memanglah normalnya sekolah. Saya dahulu juga sempat berfikir bila sekolah hanya tempat berkunjung sebelumnya bekerja, memperoleh uang serta berkelurga.

Baca Juga: Contoh surat izin sekolah

Tapi jadi manusia yang berakal fikiran, kita tentu sempat meskipun mungkin saja intensitasnya dapat dihitung dengan jari, dengarkan materi yang di sampaikan karna menginginkan tahu satu hal seperti kenapa makan bakteri itu menyehatkan atau bagaimana besi jadi bahan paling utama penyusun kapal tidak terbenam serta beda sebagainya. Itu berarti kita memiliki maksud untuk mencari pengetahuan.

Sekolah di ciptakan untuk tempat wujudkan satu diantara maksud Bangsa Indonesia serta untuk tempat menuntut pengetahuan bukanlah mencari nilai. Bila pada akhirnya terwujud nilai, KKM (Persyaratan Ketuntasan Minimum), kognitif, afektif serta beda sebagainya itu hanya jadi pemacu semangat untuk berprestasi dalam semua bagian.

Tidak cuma akademis tapi juga non akademis seperti langkah bersosialisasi, berkerja sama, serta meningkatkan ciri-khas yang mungkin saja gampang kita peroleh di sekolah. Jadi janganlah buang waktumu percuma di bangku sekolah dengan pencarian nilai yang tidak seabadi pengetahuan.